Alhamdulillah, 100.051 Jamaah Haji Diberangkatkan Tahun Ini

JAKARTA, Inisiatifnews.com – Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menghadiri peringatan Nuzulul Qur’an Kemenag.

Dalam kesempatan itu, Yaqut sempat menyinggung soal keberangkatan jamaah haji asal Indonesia tahun ini.

Pasalnya, tahun 2022 ini, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama akan memberangkatkan 100.051 jamaah haji ke tanah Suci Makkah setelah dua tahun terpaksa tidak berangkat karena pandemi Covid-19 yang menggila di seluruh penjuru duni.

“Bertepatan dengan peringatan Nuzulul Quran ini, perlu kami sampaikan bahwa setelah dua tahun kita tidak memberangkatkan jemaah haji karena pandemi COVID-19, alhamdulillah atas ikhtiar dan doa kita semua di tahun ini kita akan memberangkatkan kembali jemaah haji dengan kuota 100.051 jemaah dan 1.901 petugas yang insyaallah akan kita berangkatkan di kloter pertama tanggal 4 Juni 2022,” kata Menag dalam siaran YouTube Kemenag, Selasa (19/4).

Gus Yaqut kemudian menyinggung soal kemuliaan Al-Qur’an. Dia menyebut Al-Qur’an sangat dekat dengan kehidupan bangsa Indonesia.

“Pada malam hari ini kita memperingati Nuzulul Quran tingkat kenegaraan sebagai bagian dari upaya mengingatkan betapa mulianya ajaran Al-Qur’an bagi bangsa Indonesia. Turunnya Al-Qur’an atau Nuzulul Qur’an telah diperingati secara rutin oleh bangsa Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an begitu dekat dengan kehidupan bangsa Indonesia, spirit Al-Qur’an pula telah yang membawa Indonesia sebagai bangsa yang berhasil merawat keberagaman sebagai harmoni yang begitu indah,” tandasnya.

Yaqut memaparkan merawat harmoni adalah perintah Al-Qur’an. Hal itu, kata dia, telah dicontohkan oleh para pendiri bangsa.

“Karena merawat keragaman menjadi harmoni adalah perintah Al-Qur’an dan telah dicontohkan oleh para pendiri bangsa. Peran umat Islam dalam merawat keragaman Indonesia adalah bentuk nyata kemuliaan Al-Qur’an yang sejak awal menegaskan kehadirannya sebagai petunjuk bagi umat manusia,” jelasnya.

Keberagaman dalam hidup, menurut Yaqut, adalah sebuah keniscayaan. Dia menilai tidak ada sebuah zaman yang hidup dengan hanya satu pemahaman.

“Kita tidak hanya beragam dalam bahasa dan warna kulit, namun juga beragam dalam keyakinan dan pemahaman, maka tak pernah ada sebuah zaman yang seluruh anak zamannya berada dalam sesuatu pemahaman yang satu. Al-Qur’an datang dan menjelma sebagai pemersatu keragaman tersebut,” tuturnya.

“Ketika bangsa-bangsa Arab berselisih tentang siapa yang lebih mulia, Al-Qur’an datang dengan konsep kesetaraan hak dan tanggung jawab tanpa membedakan warna kulit. Bahwa setiap orang tidak pernah benar-benar lebih mulai dari orang lain kecuali karena kualitas takwanya. Al-Qur’an merangkul semua umat manusia tanpa membedakan warna kulit dan dari mana dia berasal,” imbuhnya.

Menurut Yaqut, Al-Qur’an telah dipelajari di Indonesia sejak usia dini. Dia menambahkan bahwa spirit Al-Qur’an sangat tepat untuk dijadikan panutan.

Dalam konteks keindonesiaan Al-Qur’an sudah sangat dikenal, bahkan dipelajari sejak usia dini. Begitu pula kajian-kajiannya telah lahir karya-karya ulama nusantara yang bersumber dari Al-Qur’an dan memberi warna harmoni Indonesia. Ini menjadi bukti bahwa spirit Al-Qur’an sesungguhnya sangat tepat untuk kita jadikan panutan dalam merawat keragaman dan harmoni.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *