Arie Kriting Sentil Korpus BEM SI : Otak Nao-nao Seh

JAKARTA, Inisiatifnews.com – Komedian asal Wakatobi, Arie Kriting memberikan sentilan keras kepada Koordinator Pusat (Korpus) BEM Seluruh Indonesia (BEM SI) Kaharuddin.

Ia tak sependapat dengan apa yang diutarakan oleh Ketua BEM Universitas Riau (UNRI) itu, di mana saat era orde baru, bangsa Indonesia mendapatkan kesejahteraan, namun tidak mendapatkan kebebasan.

Menurut Arie, hidup di era Presiden Soeharto banyak masyarakat yang mendapatkan kesejahteraan semu.

“Woe kapala butu, jaman orba tuh kita makan beras jatah campur kerikil,” kata Arie, Senin (18/4).

Bahkan ia juga merasakan bagaimana kondisi saat masih beranjak di bangku Sekolah Dasar (SD), listrik belum juga merasa ke semua wilayah.

“Sa (saya -red) ini SD masih membaca pakai lampu minyak tanah, padahal itu sudah tahun 90-an. Belum ada listrik,” imbuhnya.

Untuk itu, pemilik nama asli Satriaddin Maharinga Djongki itu pun mengaku heran dengan narasi yang dibangun oleh Kaharuddin, yang notabane menjadi pimpinan seluruh mahasiswa yang terafiliasi dengan BEM SI itu.

“Ketua BEM SI otak nao-nao seh,” pungkasnya.

https://twitter.com/Arie_Kriting/status/1516064224573030400?t=CpaNWbnz_kDR6vQ5auG_Xw&s=19

Perlu diketahui, bahwa Kaharuddin menjadi bulan-bulanan netizen usai menjadi salah satu narasumber di acara TalkShow yang dipandu oleh Hotman Paris Hutapea. Kaharuddin mengatakan bahwa di era orde lama kepemimpinan Presiden Soekarno, masyarakat Indonesia mendapatkan kebebasan tapi tidak mendapatkan kesejahteraan.

Sementara di era Orde Baru kepemimpinan Soeharto, bangsa Indonesia mendapatkan keduanya, yakni mendapatkan kesejahteraan dan mendapatkan pula kebebasan.

“Kita lihat orde lama kita dapat kebebasan tapi kesejahteraan tidak, orde baru kita peroleh kebebasan (dan) kesejahteraan kita punya,” kata Kaharuddin.

Setelah ramai-ramai dibully, ia pun membuat klarifikasi di akun Twitter pribadinya @DinKaharud. Ia meralat ucapannya sendiri dan menyebut bahwa di era Presiden Soeharto, bangsa Indonesia mendapatkan kesejahteraan namun tidak mendapatkan kebebasan maupun keadilan.

“Koreksi dari Ketua BEM SI : Orde Baru kita dapat kesejahteraan, tapi tanpa kebebasan dan keadilan. Panjang Nafas Perjuangan,” klarifikasi Kahar, Minggu (17/4).

Kemudian, ia juga mempertegas pernyataan lama, bahwa di era Presiden Soekarno, kesejahteraan tidak menjadi sesuatu hal yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia kala itu.

“Order lama kita relatif mendapatkan kebebasan tetapi kurang mendapatkan kesejahteraan,” tambahnya.

Kaharuddin mengatakan bahwa harapannya saat ini adalah, apa yang menjadi kekurangan di kedua era sejarah bangsa Indonesia tersebut bisa diperbaiki di era saat ini yang dikenal sebagai era reformasi.

“Reformasi harusnya menjadi sintesa dari orde lama dan orde baru. Yaitu mendapatkan Kesejahteraan dan Kebebasan, karena itulah cita-cita dan semangat dari reformasi,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *